Halo semua, gimana puasanya? sudah bolong berapa hari? *lhoo
Tahun ini, umur pernikahan saya dan bebeb masuk di tahun ke-8. Rasanya? kayag nano-nano; manis asem asin gitu #penting. Alhamdulillah juga wedding anniversary tahun ini bertepatan dengan bulan Ramadan. Jadi ceritanya saya ingin sedikit bernostalgia mengenai perbedaan rasa – kehidupan di bulan Ramadan ketika masih melajang dan setelah menikah. Emang signifikan bedanya?
1.Waktu masih lajang sering ga sahur, setelah menikah Alhamdulillah ya.
Ketika masih melajang kerja di luar kota dan tinggal di rumah kontrakan sendirian, sahur suka kelewatan. Soale ga ada yang bangunin dan alarm suka dicuekin. Sadar begini, akhirnya saya suka ‘merapel’ kegiatan sahur dengan makan malam sebelumnya. Makan malamnya juga diniatken kalau tidak terbangun ketika sahur, maka makan malam adalah sahurnya.
Yang seru adalah waktu melajang tapi tinggal di kos-kosan. Sahur pasti ga kelewatan karena ada satu temen yang ketika waktu sahur hobi memutar lagu di DVDnya. Waktu itu dia lagi suka kangen Band, jadilah saban sahur dibangunin sama suara Andhika – gaya rocker suara mendayu-dayu huhu.
Ketika sudah menikah menjadi wajib sahur – meskipun notabene mbah nya anak-anak yang ngebangunin untuk sahur – tapi tetep harus sahur makan bareng suami dan anak-anak (kalau mereka bangun) :p
2. Waktu masih lajang diajak bukber kesenengan, setelah menikah mikir dua kali.
Ketika masih melajang, acara buka bersama itu kayag ditunggu-tunggu. Rasanya senang bisa buka bersama rame-rame dan makan-makanan yang enak-enak apalagi kalau ditraktir wah berlipat deh kesenangannya hehe.
Ketika sudah menikah kalau ada acara bukber mikirnya berkali-kali. Maunya sih ikut kalau suami dan anak-anak juga ikut (ceritanya sepaket). Kalaupun terpaksa harus bukber tanpa mereka (macam bukber kantor) hati rasanya ga tenang, badannya ikut bukber tapi pikirannya di rumah. *balada emak-emak
3. Waktu masih lajang rajin Tarawih di Masjid, setelah menikah Tarawihnya sering di rumah.
Waktu lajang rasanya sayang kalau ga tarawih di masjid. Ketika sudah menikah Tarawih di masjid jadi tantangan karena harus ninggalin anak-anak yang masih piyik; liat emaknya mau ke masjid anak-anaknya udah nangis jejeritan, akhirnya saya jadi lebih sering melaksanakan Tarawih di rumah saja. Someday kalau mereka udah besar bisa nemenin saya kalau Tarawih di masjid deh :p
Baca ini juga yuk! 11 Ramadhan Buat RFA
4. Waktu masih lajang bisa cari bukoan seadanya, setelah menikah semua harus di antisipasi
Terutama bebeb yaaa, karena doi termasuk yang susah makan. Maunya buko pake apa, mau lauk apa, mau dibikinin minum apa semua harus diantisipasi. Belum lagi mikirin anak-anak yang makannya milih juga… huaaa coba ya gimana ga tinggi inflasi selama bulan Ramadan wong maunya banyak, banyak! lho
5. Waktu masih lajang ga pernah masak, setelah menikah harus bisa masak!
Waktu masih lajang ga usah repot. Pas buko, beli. Sahur, beli. Mau bukoan, beli. Pokoke beli-beli aja wong cuma ngurusin diri sendiri. Ga usah hemat-hemat juga wong ngabisin gaji sebulan aja susah *eh
Setelah menikah mau beli terus gempor kakaaa. Apa-apa mahal, ya kan? harga daging yang katanya 80 ribu hoax belaka; pas ke pasar malah 130 ribu; harga cabai naik; bawang merah naik, harga jengkol melambung tinggi. Duh ah jadi pusing.
Makanya bisa masak menjadi sangat menguntungkan; karena jauuuuh lebih hemat. Pun kalau ga bisa masak ya merem mata anggep aja bisa. Seperti kata RFA,
‘Bunda itu bisa banget masak,…tapi rasanya ga enak’
jeng jeng!
*bijak mode : on*
Menurut saya, kehidupan selama melajang ataupun menikah punya keindahannya masing-masing. Keindahan yang terkadang hanya bisa dirasakan dalam hati – namun sulit untuk diungkapkan bahkan dituliskan menggunakan kalimat yang pas.
Yang pasti bila kamu masih melajang, nikmatilah masa-masa tersebut karena keindahannya tidak akan kamu temui lagi setelah menikah.
Demikian sebaliknya; keindahan pernikahan hanya dapat dirasakan oleh yang sudah menjalaninya.
Di tahun ke-8 ini, saya ingin dalam pernikahan ga mau terlalu ‘ngoyo’ atau ‘full engine’ hanya menjalani dan biarkan mengalir apa adanya di jalan yang benar-hingga suatu hari nanti kami sampai pada cita-cita berkumpul di JannahNya, Aamiin.
*bijak mode : off*
Untuk teman-teman yang menjalankan ibadah puasa, Saya dan keluarga mengucapkan selamat menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan yaa – mari kita rengkuh sebanyak-banyaknya amalan yang dapat kita lakukan di bulan ini semoga kita semua selalu dalam lindungan dan berkahNya. Aamiin ya Rabbal Alamiin…
Untuk semua yang baca, Mohon maaf lahir batin, barangkali saya pernah menuliskan hal-hal yang tidak berkenan – percayalah sebenarnya tidak ada maksud untuk menyakiti – hanya khilaf dalam pemilihan kata… jadi mohon dimaafkeun yaaa *sungkem*
Selamat menikmati bulan Ramadan teman-teman, yang sabar ya…lebaran kan tinggal 27 hari lagi 🙂