Masih belum Move on dari Gerhana Matahari Total di Palembang.
Tgl 9 Maret saya bangun sekitar jam 05.30. Sudah menunggu momen buat melihat dan merasakan gerhana matahari total yang konon terjadi 33 tahun sekali. Banyak orang sudah berkumpul di jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak dan sekitarnya. Tapi kalau semua orang pergi kesana lha yang jadi evident witness dari Seduduk Putih (daerah rumah saya) siapa? (ini sebenernya kalimat panjangnya dari satu kata aja sih : males.) 😀
Memakai ripped jeans, baju kaos suami yang kegedean, sendal jepit, dan tentu saja belom mandi, saya duduk di teras rumah sambil menunggu reuninya King of Fire dengan King of Night.
Dan ini dia hasil jepretan asli amatir dari kamera henpon yang batrenya sekarat karena semaleman lupa ngecas *selftoyor*
Karena Matahari semakin naik saya inisiatif untuk keluar dan berdiri di depan pager rumah. Pertama berdiri di depan, yang saya foto adalah langitnya.
Sadar suasana semakin gelap, saya berhenti memotret langit dan mulai memotret jalan di belakang saya.
Ketika saya menoleh ke belakang, langit mulai gelap
Semakin gelap
Gelap Banget. Ini ketika gerhana matahari total terjadi
Setelah satu menit kemudian.
Yaaah banyak yang kecewa karena Gerhana Matahari Total di Palembang tertutup awan yang cukup tebal. Tapi saya bisa merasakan suasana gelap cukup mencekam karena saya sendirian berdiri di depan jalan rumah dan mikir Subhanallah gelapnya seperti tengah malam!
Nah sekian laporan Gerhana Matahari Total dari Seduduk Putih Palembang. Sampai jumpa 33 tahun lagi! *lambai tangan*