Kenapa harus New Normal. Beberapa minggu yang lalu saya sempat menyimak podcast salah satu Financial Content Provider di Indonesia. Podcast ini ngobrolin penerapan new normal Covid 19 di Indonesia, yang menghadirkan Bapak Reza Siregar, Stafsus Kemenko Perekonomian sebagai pembicara. Tema yang diangkat adalah The Recovery : Health vs The Economy (direkam 16 Mei 2020)
Kurang lebih dalam podcast tersebut Pak Reza menjelaskan, bahwa setelah pengumuman adanya Covid 19 di Indonesia pada bulan Maret 2020, hampir semua sektor terdampak. Efek domino memaksa banyak perusahaan gulung tikar, melakukan PHK, merumahkan pekerja, dan lain sebagainya.
Efek domino ini kemudian tercermin melalui angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama Indonesia, yang hanya tumbuh sebesar 2,97% (cnbc Indonesia). Padahal di waktu yang sama di tahun 2019, pertumbuhan ekonomi kita bisa mencapai 5,02% (bps.go.id).
Coba deh kita ingat.
Covid 19 di Indonesia baru merebak di bulan Maret 2020, di bulan Januari dan Februari perekonomian kita masih baik-baik saja. Itu artinya kita baru terpapar imbas pandemi di bulan ke tiga, namun dampak terhadap ekonomi sudah sangat signifikan hingga hanya tumbuh sebesar 2,97% saja.
Baca juga : Living Our Life in The Middle of Outbreak
Kenapa Harus New Normal?
Ketika mendengarkan podcast ini, saya juga mendapatkan pandangan mengapa pemerintah akhirnya mengambil opsi new normal untuk daerah-daerah tertentu. Karena tadinya saya masih bingung karena kurva belum melandai lalu kenapa harus new normal?
Definisi new normal menurut Pemerintah Indonesia adalah tatanan baru untuk beradaptasi dengan COVID-19. – Tirto.id
Tatanan baru ini disertai juga dengan aturan-aturan baru yang melindungi kesehatan kita. Jadi bukan karena pemerintah tutup mata atau gimana. Tapi sebenarnya pemerintah mikirin negara dan juga rakyat, gimana sih supaya kita bisa survive di tengah pandemi?
Ah tapi gapapa sih kalau PSBB terus di rumah aja. Kan masih bisa WFH (Work From Home) dan masih dapet penghasilan.
Maka bersyukurlah karena di Indonesia ini masih banyak banget orang-orang yang kalau ga kerja di luar rumah ga dapet uang. Jadi tidak semua orang seberuntung Anda.
Apalagi Pak Reza menjelaskan bahwa pada kuartal pertama hanya tiga sektor yang masih bertumbuh, yaitu sektor Finansial, Telekomunikasi, dan Kesehatan. Jika new normal tidak dijalankan dikhawatirkan tiga sektor ini juga ikut terancam.
Yang paling mengerikan kalau terjadi rush di sektor finansial. Dampaknya bisa mengerikan. Kebetulan saya melihat langsung kondisi Palembang ketika rush terjadi di tahun 1998. Penjarahan, kebakaran, terjadi dimana-mana.
Karena tidak punya uang dan perut lapar, bisa membuat banyak orang gelap mata sehingga sanggup untuk melakukan apa saja.
Beradaptasi di Era New Normal
View this post on Instagram
Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Pak Achmad Yurianto melalui konferensi persnya menyatakan bahwa
Sekarang satu-satunya cara yang kita lakukan bukan dengan menyerah tidak melakukan apapun, melainkan kita harus jaga produktivitas kita agar dalam situasi seperti ini kita produktif namun aman dari COVID-19, sehingga diperlukan tatanan yang baru,” Tirto,(28/5/2020)
Jadi intinya, kita tetap harus bergerak melaksanakan aktivitas sehari-hari. Pusat-pusat ekonomi akan kembali dibuka, supaya perekonomian kembali tumbuh.
Oh jadi new normal dilakukan karena perekonomian? dari yang dapat saya pahami sih, iya.
Lalu bagaimana dengan Nakes yang berjuang? bukankah dengan new normal beban mungkin bisa bertambah?
Mungkin banget terjadi. Namun di podcast Pak Reza juga mengatakan bahwa Pemerintah juga sebenarnya terus mendukung sektor kesehatan dengan mengalihkan sejumlah dana untuk mengatasi Covid 19 di Indonesia. Saya tidak begitu ingat untuk apa-apa saja dana untuk sektor kesehatan tersebut diperuntukkan. Tapi diantara pilihan ekonomi atau kesehatan, beliau berkata bahwa Pemerintah memilih keduanya.
Tetap Jaga Kesehatan
Jenis Tes Covid 19 yang ada di Indonesia
Memasuki bulan Juni 2020, beberapa daerah telah menerapkan tatanan kehidupan baru atau new normal. Perlahan tapi pasti, masyarakat mulai bisa beraktivitas dengan batasan-batasan tertentu. Yang perlu diingat adalah di era new normal, bukan berarti virus Covid 19 sudah menghilang.
Virusnya masih ada, bahkan mungkin berputar-putar di sekitar kita. Sehingga kembali kepada kesadaran kita untuk menjalankan kebiasaan hidup bersih, serta tetap menjaga kesehatan dengan sebaik-baiknya dengan cara-cara berikut :
- Tetap cuci tangan sesering mungkin
- Tetap melaksanakan physical distancing
- Gunakan masker jika keluar rumah
- Gunakan face shield bila perlu
- Makan makanan bergizi, cukup minum air putih dan konsumsi vitamin untuk memperkuat daya tahan tubuh
- Mendapatkan informasi mengenai Covid 19 dari situs terpercaya seperti Halodoc
- Kalau badan ngerasa ga enak dan mau memastikan apakah kita bebas dari virus atau tidak, bisa melakukan Covid Test untuk antisipasi.
Jadi mohon di ingat, tatanan hidup baru melalui new normal bukan berarti kita menjadi lengah dalam menjaga kesehatan. Tetap terapkan kebiasaan hidup bersih yang sudah kita laksanakan selama beberapa bulan setelah pandemi. Dengan cara ini, kita sudah membantu nakes agar jumlah yang sakit tidak bertambah. Karena kitapun tentu tidak ingin jatuh sakit, bukan?
Covid 19 Survival Kit
View this post on Instagram
Selain tetap melaksanakan hal-hal yang sudah saya sebutkan di atas, tengok juga kedalam tas kita. Isinya apa aja? karena di era new normal isi tas tampaknya perlu diupdate lagi dengan berbagai perlengkapan sebagai berikut :
- Masker cadangan, sebagai jaga-jaga kalau masker yang lagi dipakai terkena basah/kotor
- Standby Hand Sanitizer
- Standby Disinfektan semprot
- Standby Sabun cair untuk cuci tangan
- Bawa gelas/botol minum sendiri
- Bawa alat makan sendiri
- Bawa perlengkapan shalat sendiri
- Standby tissue kering & tissue basah
Sehingga ketika kita beraktivitas, kita bisa tetap bisa menjaga diri kita dari resiko tertular virus Covid 19 ini. Pokoknya ga boleh lengah sebelum vaksin tersedia, sih. Itu kalau saya.
Halodoc untuk informasi kesehatan yang terpercaya
Nah teman-teman, di era pandemi ini juga kita disarankan untuk menjaga imunitas tubuh agar tetap kuat. Yang kita jaga bukan hanya raga, namun juga jiwa. Kalau saya sih sudah males banget baca-baca informasi yang ga jelas darimana sumbernya ya. Apalagi Covid 19 terkait medis yang seharusnya dijelaskan oleh orang-orang yang ahli di bidangnya.
Jadi harus cari informasi kemana dong yang terpercaya?
Saya menyarankan Halodoc. Sebuah situs yang menyediakan informasi kesehatan terpercaya karena dikelola oleh orang-orang yang ahli di bidang kesehatan. Di Halodoc, kita bisa bertanya langsung kepada dokter-dokter spesialis tanpa harus pergi ke rumah sakit.
Sangat melegakan karena di era pandemi kita tentu menghindari keluar rumah kalau ga perlu-perlu banget. Ya kalau masih bisa bertanya kepada dokter di Halodoc kenapa harus ke rumah sakit? Hitung-hitung kita juga sudah membantu Nakes memperkecil resiko dengan tidak melakukan konsultasi medis secara tatap muka.
Selain itu di Halodoc kita juga bisa melakukan pharmacy delivery via fitur GoMed dari GoJek, serta memperoleh informasi dimana kita bisa melakukan Covid Test untuk keperluan apapun.
Harapan saya semoga kita semua sehat-sehat saja hingga pandemi ini usai. Dan teriring doa semoga vaksin bisa cepat selesai sehingga kita bisa beraktivitas seperti sedia kala. Mari sama-sama kita aminkan 🙂
Referensi :
- Podcast Big Alpha The BIGPot Ep 6 : The Recovery : Health vs The Economy (direkam 16 Mei 2020)
- https://tirto.id/arti-new-normal-indonesia-tatanan-baru-beradaptasi-dengan-covid-19-fDB3
- https://www.cnbcindonesia.com/news/20200505103941-4-156359/duh-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-cuma-297-di-q1-2020
- https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/02/05/1755/ekonomi-indonesia-2019-tumbuh-5-02-persen.html
- https://id.theasianparent.com/aplikasi-halodoc
- https://www.halodoc.com